Yulius Dwi Cahyono
Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Alamat korespondensi: Kampus I Mrican, Jl. Afandi,
Yogyakarta
E-mail: dwch543@gmail.com
Dimuat dalam Jurnal Penelitian USD Volume 18, No 2, Mei 2015, hlm 102-112.
ABSTRAK
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1)
Kriteria media e-learning yang
baik. (2) Materi yang sesuai dengan e-learning.
(3) Pemanfaatan media e-learning
dalam pembelajaran sejarah.
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif dan studi pustaka. Melalui metode ini, peneliti menggunakan berbagai
sumber pustaka yang relevan dengan topik penelitian.
Hasil
penelitian ini menunjukkan : (1) Media e-learning
yang baik memiliki pertama, template yang menarik. E-learning dengan template yang menarik
akan meningkatkan minat mahasiswa dalam menggunakan media tersebut. Kedua,
memiliki fitur komunikasi. Fitur ini memiliki peranan penting dalam memberikan
ruang dan waktu yang lebih fleksibel untuk berkomunikasi atau bertanya pada
dosen. Keterbatasan ruang dan waktu di kelas untuk melakukan hal tersebut dapat
teratasi dengan fitur komunikasi. Ketiga, memiliki fitur posting untuk berbagi materi, informasi dan berkomunikasi secara
massal baik dari dosen ke mahasiswa dan sebaliknya, maupun antar mahasiswa.
Keempat, memiliki fitur library sebagai
ruang penyimpanan sumber belajar. Kelima, memiliki fitur Assigment dan Quiz untuk
memberikan evaluasi dan penilaian. Keenam, memiliki fitur polling untuk membuat jejak pendapat. Ketujuh, memiliki fitur progres report untuk memantau
perkembangan mahasiswa secara individual. Kedelapan, memiliki fitur profil yang
menyimpan segala informasi pribadi mahasiswa. (2)
E-learning baik digunakan pada materi yang sulit untuk dipahami dan
memerlukan waktu lama dalam penyampaiannya. (3)
Dosen perlu untuk membuat kontrak belajar yang
jelas dan konsisten dalam mengupdate serta dalam merespon pertanyaan dan komentar mahasiswa.
Pemikiran dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam
meningkatkan kualitas e-learning
berbasis moodle khusunya Excelsa USD.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine: (1) Criteria good e-learning
media. (2) The material in accordance with e-learning. (3) Use e-learning media
in the teaching of history.
This study uses descriptive qualitative method and literature. Through this
method, researchers use various sources of literature relevant to the research
topic.
The results showed: (1) The e-learning media is good to have the first,
attractive templates. E-learning with attractive templates will increase
student interest to using that media. Second, have a communication features. This feature has an
important role in providing the space and time that is more flexible to
communicate or ask the lecturer. Limitations of space and time in class to do
this can be resolved with communication features. Third, feature post to share
materials, information and mass communication both from lecturer to students
and vice versa, as well as among students. Fourth, features a library as a
learning resource storage space. Fifth, assigment and quiz features to provide
evaluation and assessment. Sixth, have a polling feature to create a poll.
Seventh, features a progress report to monitor the progress of individual
students. Eighth, features profiles that store all the personal information of
students. (2) E-learning is best used on materials that are difficult to
understand and require a long time in its delivery. (3) Lecturer need to create
a clear learning contract and consistent in updating and responding to student
questions and comments. Thinking in this study is expected to contribute in
improving the quality of e-learning based moodle especially Excelsa USD.
Keyword:
E-Learning, Edmodo, Media, Learning, History.
1.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi komunikasi dan media sosial saat
ini berlangsung begitu pesat dan cepat. Informasi apapun dapat diakses dengan
mudah di manapun dan kapan pun melalui smartphone,
tablet dan laptop yang terkoneksi dengan jaringan internet. Piranti-piranti
canggih tersebut kini hadir mulai dari kelas yang paling ekonomis hingga kelas high end. Hadirnya piranti canggih kelas
ekonomis ini semakin membuka peluang yang lebar bagi para mahasiswa dari kelas
ekonomi menegah ke bawah untuk dapat mengakses berbagai hal di dunia maya
secara mobile. Kondisi ini semakin
didukung dengan adanya penawaran akases internet murah dari berbagai provider yang semakin menjamur. Lembaga
pendidikan khususnya Perguruan Tinggi pada umumnya telah menyediakan layanan Free Hot Spot untuk dosen dan
mahasiswanya. Digitalisasi penyampaian segala bentuk informasi, semakin
murahnya dan mudahnya akses internet secara tidak langsung mempengaruhi cara
belajar peserta didik dalam menggali segala macam informasi terkait dengan
materi yang mereka pelajari, dalam lingkup kegiatan pembelajaran.
Hal ini dapat kita lihat dari kecenderungan mahasiswa
ketika mendapat tugas dari dosen salah satunya diselesaikan dengan cara mencari
data-data yang diperlukan dengan browsing
di internet. Penjelajahan melalui dunia internet tersebut mampu memperluas
informasi yang diharapkan dapat menunjang pemahaman dalam belajar. Sumber
belajar di dunia internet pun tidak hanya terbatas dalam format teks tetapi
juga dapat dalam format audiovisual (video). Dua format media belajar di dunia
internet ini setidaknya mampu mewakili gaya belajar peserta didik yang
berbeda-beda. Secara logis dengan terwakilinya gaya belajar yang berbeda
tersebut semakin banyak peserta didik yang mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut seorang pendidik
maupun calon pendidik (mahasiswa program studi pendidikan), sangat perlu untuk
memahami dan mampu menguasai teknologi untuk digunakan secara positif dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini menjadi sangat penting karena
mau tidak mau, teknologi dimasa yang akan datang, akan menjadi semakin lebih
dekat dengan kehidupan manusia dan menjadi sebuah kebutuhan. Jika dikaitkan
dengan konteks pembelajaran maka kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme
belajar mengajar berbasis TI (E-Learning)
menjadi tidak terelakkan lagi. Kondisi
ini juga didukung dengan semakin terjangkaunya fasilitas untuk memungkinkan
peserta didik mengkases dunia maya secara mobile.
E-Learning sebagai media pembelajaran sejarah digunakan untuk
meningkatkan efektiftas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media
ini juga dapat digunakan untuk mengatasi beberapa permasalahan dalam belajar.
Permasalahan tersebut dalam penelitian ini khusunya terkait dengan perbedaan
gaya belajar peserta didik dan untuk membantu mempermudah memahami materi
pembelajaran yang dipandang sulit. Salah satu materi yang dipandang sulit untuk
dipahami, misalnya “Sejarah Peristiwa 1965”.
Materi “Sejarah Peristiwa 1965” dalam pembelajaran
sejarah merupakan materi yang harus dipahami secara jeli, untuk dapat menangkap
makna yang terkandung dalam peristiwa tersebut. Jika dikategorikan materi ini
termasuk ke dalam materi sejarah kontroversial, sehingga untuk memahaminya diperlukan
pemahaman dasar yang kuat dan kemampuan beranalisis yang baik. Untuk menunjang
hal ini tentunya diperlukan sumber belajar yang cukup lengkap dan sumber
suplemen lainnya, serta waktu yang lebih luas dan fleksibel untuk berkomunikasi
antara peserta didik dan pendidik. Oleh karena itu dalam memahaminya pendidik
tidak cukup hanya menyampaikan di dalam kelas konvensional semata, yang
terbatas pada ruang dan waktu. Oleh karena itu diperlukan sebuah prasarana yang
dapat memberikan wadah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini dapat
dipenuhi dengan memanfaatkan media E-Leraning.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang mencoba mengungkapkan ide-ide
terkait dengan pemanfaatan E-Learning
terbatas dalam pembelajaran sejarah. Permasalahan yang hendak dikaji dalam
penelitian ini adalah (1). Bagaimana kriteria media E-Learning yang baik ? (2). Bagaimana menentukan materi yang sesuai
dengan media E-Learning dalam
pembelajaran sejarah ? (3).Bagaimana pemanfaatan E-Learning dalam pembelajaran sejarah ?. Peneltian ini memiliki
tujuan sebagai berikut : (1). Mendeskripsikan kriteria media E-Learning yang baik. (2). Mendeskripsikan
materi yang sesuai dengan media E-Learning
dalam pembelajaran sejarah. (3). Mendeskripsikan pemanfaatan E-Learning dalam pembelajaran sejarah.
.
2.
LANDASAN TEORI
2.1.
Media
Pembelajaran
Kata media berasal dari kata
medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, dkk, 2011 : 6). Pengertian media
dalam penelitian ini dibatasi pada media pendidikan yakni media yang digunakan
sebagai alat dan bahan penunjang pembelajaran.
Arif S. Sadiman (2011:17) mengemukakan
bahwa, media pembelajaran mempunyai manfaat : (1) memperjelas penyajian pesan
agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan belaka); (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,
seperti objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film
bingkai atau model; (3) dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik, sehingga dapat menimbulkan
kegairahan belajar, memungkinan interaksi yang lebih langsung antara siswa
dengan dunia realita, memungkinkan belajar sendiri menurut kemampuan dan minat;
(4) dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat guru dapat mengatasi
kesulitan-kesulitan akibat perbedaan sifat, lingkungan maupun pengalaman
peserta didik.
Pembelajaran sejarah dikatakan
baik jika proses pembelajaran mampu mengembangkan konsep generalisasi dan bahan
abstrak dari peristiwa masa lampau dapat menjadi hal yang jelas dan nyata. Atas
dasar tersebut, pembelajaran sejarah menggunakan media secara khusus berupa,
pertama, pengalaman langsung (benda sesungguhnya). Kedua, demonstrasi dan model
seperti sandiwara boneka, wayang, untuk menyampaikan konsep sejarah berupa alat
bantu mengajar sejarah yang berupa bentuk-bentuk khusus yang bersifat tiga
dimensi merupakan tiruan dari unsur-unsur peristiwa sejarah. Ketiga,
gambar/foto/sketsa. Keempat, bagan/chart, berupa penyajian bergambar dan garis
untuk mendaftar sejumlah besar informasi/menunjukkan perkembangan ide, objek,
lembaga, orang/keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang. Kelima, peta
sejarah, berupa lukisan visual dari ruang/tempat peristiwa sejarah terjadi.
Keenam, laboratorium sejarah. Ketujuh, film, video, televisi, slide. Kedepalan,
radio/tape recorder.
Dalam pembelajaran sejarah,
media berguna untuk memvisualisasi fakta-fakta sejarah dan berfungsi sebagai
sumber belajar. Posisi dan kedudukan media dalam keseluruhan sistem
pembelajaran merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar. Sumber belajar
yang digunakan pendidik dan peserta didik adalah buku-buku sejarah dan sumber
informasi, namun akan lebih efektif dan jelas jika pendidik menyertai dengan
berbagai media pembelajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan materi lebih
realistik.
2.2.
E-Learning
Beberapa konsep menganai E-Leraning
perlu untuk dipahami dan disampaikan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
memahaminya. E-Learning dapat diartikan “as instruction delivered on a computer by way of CD-ROM, Internet, or
Intranet ...” (Ruth Colvin Clark, 2008:19).
Menurut The
American Society for trinning and Development (ASTD) “E-Learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran
berbasis web (web-based learning),
pembelajaran berbasis computer (computer
based learning), kelas virtual (virtual
classrooms) dan atau kelas digital (digital
classrooms). Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut
kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio,
penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM” (Rusman,
2011:263).
Menurut Rusman (2011:265) E-Learning
adalah segala aktivitas belajar menggunakan bantuan teknologi elektronik.
Definsi lain diungkapkan oleh Jaya Kumar C. Koran, e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan rangkaian
elektronik (LAN, WLAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan.
Dabbagh & Ritland mengatakan bahwa e-learning merupakan lingkungan belajar terbuka dan tersebar yang
menggunakan alat-alat pedagogis, dimungkinkan dengan internet dan teknologi
berbasis web, untuk memavasilitasi belajar dan pembentukan pengetahuan melalui
kegiatan dan interaksi yang bermakna (Sri Anitah, 2011:128). Senada dengan
pendapat ke dua tokoh ini Cambell dan Kamarga menekankan penggunaan internet
dalam pendidikan sebagai hakikat e-learning,
bahkan Onno W. Purbo menjelaskan
bahwa istilah “e” atau singkatan
dari elektronik dalam e-learning
digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung
usaha-usaha pembelajaran lewat teknologi elektronik internet (Rusman, 2011:288)
Untuk lebih memperjelas makna e-learning
kita perlu penulis membaca filosofi e-learning menurut Cisco (Rusman,
2011:289) yang berbunyi sebagai
berikut. Pertama, e-learning merupakan
penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, menyediakan seperangkat
alat yang dapat memperkaya nilai belajar konvensional (model belajar
konvensional, kajian terhadap buku teks, CD ROM, dan pelatihan berbasis
komputer). Ketiga, e-learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas
peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk, isi, dan cara
penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar content dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih
baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil belajar
yang baik.
Mengacu pada beberapa definisi dan filosfis e-learning di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa e-learning adalah media pembelajaran yang terintegrasi dengan internet yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran, berbagai informasi, berkomunikasi dan brediskusi secara on-line dengan sarana pendukung berupa
perangkat komputer dan website yang terkoneksi dengan jaringan internet. Materi
dalam e-learning ini dapat berbentuk
teks, gambar, animasi, simulasi, audio dan video. .
Berdasarkan tipenya e-learning
dibedakan menjadi dua yaitu : Synchronous
dan Asynchronous. Tipe Synchronous berarti “pada waktu yang
bersama-sama”. Artinya tipe ini adalah tipe pembelajaran yang berlangsung pada
saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan peserta didik sedang
belajar. Sedangkan tipe Asynchronous
berarti “tidak pada waktu bersamaan”. Jadi seseorang dapat mengambil pelajaran
pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan pembelajaran (Empy Effendi, 2005:7). Dalam penelitian ini
tipe Asynchronous
yang akan menjadi fokus penelitian.
a.
Karakteristik E-Learning
E-Leraning memiliki
karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran konvensional, karakteristik
tersebut sebagai berikut: (Rusman, 2011:264)
1)
Interactivity
(Interaktivitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara
langsung (Synchronous), seperti
chatting atau messenger atau tidak langsung (Asynchronous), seperti forum, maillinglist atau buku tamu.
2)
Indepedency (Kemadirian);
fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar.
Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada siswa.
3)
Accesbillity
(Aksesibilitas) sumber-sumber belajar menajadi lebih mudah diakses melalui
pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas dari pada
pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
4)
Enrichment (Pengayaan);
kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai
pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informasi seperti video streaming, simulasi dan animasi.
b.
Keunggulan E-Leraning
Menurut Rusman
(2011:292), e-Learning memiliki
beberapa keunggulan antara lain :
1)
Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan
saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak,
tempat dan waktu.
2)
Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar
yang terstuktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar yang dipelajari.
3)
Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran
setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di
komputer.
4)
Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan
dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara
lebih mudah.
5)
Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6)
Berubahnya peranan peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan
lebih mandiri.
Keunggulan e-learning
juga diungkapkan oleh Empy Effendi dan Hartono Zhuang dalam bukunya e-learning konsep dan aplikasinya
(2005:10-13), sebagai berikut :
1.
Fleksibilitas waktu
Peserta didik dapat menyesuaikan waktu
belajar, misalnya mereka dapat menyisihkan waktu belajar mereka setelah pulang kuliah. Pelajar mudah mengakses e-learning, ketika waktu sudah tidak memungkinkan atau ada hal lain
yang lebih mendesak mereka dapat meninggalkan e-learning saat itu juga.
2.
Fleksibilitas tempat
Peserta didik dapat mengakses e-leraning dimanapun dan tidak harus di kelas, dapat di rumah, tempat umum, bahkan mall, karena tidak ada batasan tempat,
selama ada atau terkoneksi dengan jaringan internet.
3.
Fleksibilitas kecepatan
pembelajaran
Masing-masing peserta didik memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda, sehingga menjadi wajar jika di dalam suatu kelas ada
siswa yang dapat mengerti dengan cepat dan ada yang harus mengulang pelajaran
untuk memahaminya. Dalam suatu kegiatan pemeblajaran pendidik mengajar dengan kecepatan yang sama untuk
semua peserta didik, sehingga peserta didik yang lambat akan sulit dalam
memahami. Dalam hal ini peserta didik dapat menjadi frustasi. Siswa yang lebih
cepat menginginkan lebih banyak materi sedangkan siswa yang lambat menginginkan
pengulangan pelajaran. Melalui e-leraning
siswa dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing siswa. Dalam
hal ini siswa mengatur sendiri kecepatan dalam mengikuti pelajaran. Jika belum
mengerti siswa dapat mempelajari materi yang terdapat di dalamnya dengan mendownload modul maupun artikel terkait
dan mengulanginya di rumah.
4.
Efektivitas pengajaran
Materi pelajaran dalam e-leraning dapat disajikan dalam bentuk simulasi dan kasus-kasus,
menggunakan bentuk permainan dan menerapkan teknologi animasi canggih.
Bentuk-bentuk pembelajaran tersebut dapat membantu proses pembelajaran dan
mempertahankan minat belajar.
3.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan studi pustaka.
Melalui metode ini, peneliti menggunakan berbagai sumber pustaka yang relevan
dengan topik penelitian. Teori dan pemikiran yang tertuang dalam sumber pustaka
digunakan sebagai dasar bagi peneliti untuk mendeskripsikan, menganalisis dan
memunculkan ide-ide baru dalam menjawab problematika seputar penggunaan media
pembelajaran E-Leraning dalam
pembelajaran sejarah.
4. KRITERIA MEDIA
E-LERANING YANG BAIK
E-Learning menjadi hal yang masih hangat diperbincangkan
dalam dunia pendidikan hingga hari ini. Penulis mengklasifikasikan media ini
menjadi dua Open Source E-Learning
contohnya Moodle dan Free E-learning
contohnya Edmodo dan Quipper School. Media ini pada umumnya diterapkan baik
dalam tingkat pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pada umumnya media e-learning yang digunakan secara resmi
adalah e-learning berbasis Moodle
yang bersifat open source. Pada awal
penggunaanya media e-learning
berbasis moodle ini cukup mendapat respon, namun demikian dalam praktik
kesehariannya semakin mengalami penurunan penggunaanya oleh peserta didik. Hal
ini terjadi karena kurang memperhatikan kriteria media e-learning yang baik dalam membangun, mengembangkan, dan atau
menggunakannya. Adapun kiteria media ini yang baik adalah sebagai berikut.
4.1. Template yang
Menarik
Setiap aplikasi e-learning
memiliki template yang tentunya berbeda-beda satu dengan yang lainnya, secara
singkat template adalah tampilan dari sebuah aplikasi e-learning. Namun demikian sebuah e-learning hendaknya memilki
template yang menarik. Hal ini terkait dengan fungsi dari media pembelajaran
sendiri, menurut Camp & Dayton media salah satunya memiliki fungsi
memotivasi minat dan tindakan. (Sukiman, 2012:39). Dengan demikian media yang
tidak mampu memberikan daya tarik tidak akan mampu menumbuhkan minat dan
tindakan, sehingga kehadiran media tidak mampu menjadikan mahasiswa melakukan
sebuah tindakan yang mendukung proses pembelajaran. Hal ini sama halnya dengan e-learning yang memiliki template kaku
dan tidak menarik (kering), tidak akan mampu menarik minat atau perhatian
mahasiswa dalam menggunakan media ini, terlebih memancing sebuah tindakan lebih
lanjut untuk melakukan sebuah proses pembelajaran menggunakan media ini. Pada
hakekatnya, dari sekian jumlah mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran pada satu
mata kuliah tidak semua terkondisikan mau/atau memiliki perhatian terhadap
materi pembelajaran. Kehadiran sebuah media salah satunya bertujuan untuk
mengubah situasi tersebut dan mengkondisikan mahasiswa untuk mau melakukan
sebuah proses belajar yang lebih mendalam.
Kasus template
yang tidak menarik tersebut umumnya terjadi pada e-learning berbasis moodle. Jika dibandingkan dengan free e-learning seperti Edmodo dan
Quipper School, menjadi sangat berbeda. Kedua media ini memiliki template yang jauh lebih menarik dan
interaktif dibandingkan dengan e-learning
berbasis moodle yang ada hingga saat
ini (tetapi tetap perlu untuk dikritisi). Tidak mengherankan jika terjadi
pergeseran minat ke Edmodo dan Quipper School. Meskipun demikian, e-learning berbasis moodle memiliki keunggulan dalam hal eksistensi aplikasi karena
eksitensinya tergantung dari lembaga pendidikan yang membangun, dalam artian
lebih terkontrol. Sementara untuk Edmodo dan Quipper School, eksistensi
aplikasi ini tidak terkontrol karena tergantung dari pengembang dan
administratornya yang otoritasnya di luar jangkauan pengajar (dosen) yang
menggunakannya.
Terlepas dari kelemahanya, setidaknya Edmodo dan Quipper
School dapat menjadi bahan referensi bagi sebuah lembaga pendidikan yang
mengembangkan e-learning berbasis moodle
yang lebih baik. E-learning tidak
berarti menggantikan model pembelajaran konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat
model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi
pendidikan (Rusman, 2012:347). Meskipun demikian, tidak berarti kelas maya yang
disajikan melelui e-learning dibangun
tanpa memperhatikan aspek visual dari media ini.
Aspek visual ini terlihat dari template sebuah e-learning.
Template yang baik memperhatiakn
aspek perpaduan dan pemilihan warna dan tata letak dari halaman media tersebut.
Ketika mahasiswa log in ke dalam
media ini diharapkan merasakan kenyamanan visual ketika menjelajahi fitur dari
media tersebut. Kenyamanan visual ini akan mendorong dan membangkitkan minat
dalam menggunakan media ini termasuk untuk bereksplorasi melalui media ini
dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait dengan materi yang dipelajari.
Hal ini tentunya untuk menghindari hilangnya minat
mahasiswa dalam menggunakan media ini dan mengingat terdapat beberapa keuntunga
yang diberikan melalui media ini salah satunya adanya fleksibilitas waktu dalam
belajar di mana mahasiswa menentukan belajarnya sesuai dengan kecepatan belajar
yang dimilikinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran apapun
wujudnya pada dasarnya memiliki fungsi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
terutama membatu peserta didik belajar (Rusman, 2011:171). Kualitas
pembelajaran dalam hal ini tidak hanya kualitas terkait dengan peningkatan
pemahaman dan penguasaan materi, tetapi juga terjadi peningkatan kemauan untuk
masuk dan melakukan proses belajar yang lebih mendalam, yang salah satunya
ditentukan oleh media pembelajaran yang menarik dan mampu menarik perhatian
mahasiswa.
4.2. Memiliki Fitur
Komunikasi
Selaras dengan karakteristik e-learning yaitu interactivity
(interaktivitas) yang berarti tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak,
baik secara langsung (synchronous),
seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, maillinglist
atau buku tamu (Rusman,
2011:264). Jalur komunikasi dalam e-learning wajib tersedia untuk memungkinkan terjadinya komunikasi
antara dosen dan mahasiswa terkait dengan peningkatan kualitas proses
pembelajaran khusunya pembelajaran di luar kelas.
Media ini sendiri dibangun untuk memberikan fleksibilitas
: waktu, tempat, dan kecepatan pembelajaran. Dalam konteks fleksibilitas waktu
dan tempat, mahasiswa dapat menyesuaikan waktu dan tempat secara lebih flesksibel untuk bertanya pada
dosen. Hal ini untuk mengatasi keterbatsan waktu di kelas dan keterbatasan
jumlah mahasiswa yang mungkin untuk berkomunikasi dengan dosen dalam kelas,
terlebih ketika jumlah mahasiswa sangat banyak, semisal tiga puluh lima mahasiswa.
Dari sekian banyak mahasiswa ini, tentunya tidak semua mahasiswa yang hendak
bertanya pada dosen dapat terpenuhi. Melalui fasilitas chat atau posting hal ini
dapat terwadahi, sehingga media ini tidak hanya sebagai penyedia materi tetapi
juga mampu memberikan saluran komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Di samping
itu dapat dilakukan di manapun tanpa terbatas ruang atau tempat.
Dalam hal berkomunikasi di media e-learning ini, perlu untuk dibuat kontrak atau kesepakatan dengan
mahasiswa agar dosen tidak terikat sepanjang hari untuk melayani (menjawab) pertanyaan
mahasiswa. Sementara terkait dengan kecepatan pembelajaran, melalui fasilitas
chating dan posting mahasiswa dapat bertanya dengan dosen sesuai dengan tingkat
pemahaman yang dimiliki masing-masing mahasiswa, meskipun tidak bertatap muka
langsung dengan dosen fasilitas ini dapat merangsang kemandirian dan keberanian
mahasiswa dalam mengungkapkan ide dan pertanyaan walaupun melalui bahasa teks.
4.3. Memiliki Fitur
Posting
Fitur posting memiliki peran penting dalam mengkomunikasikan segala
informasi dan materi secara massal dari dosen ke mahasiswa yang tergabung di
dalam kelas e-learning. Jika
dianalogikan, fitur ini sama dengan fitur wall
dalam media sosial facebook. Melalui
fitur ini dosen dapat melakukan up date
materi mata kuliah baik berupa materi utuh, ringkasan atau pokok pikiran utama
dalam setiap pertemuan di kelas. Hal ini penting dilakukan mengingat kecepatan
penerimaan mahasiswa dalam kelas berbeda-beda dan dapat mengatasi keterbatasan
kemampuan mahasiswa dalam mencatat penejelasan dosen di kelas.
Melalui fitur ini, hal-hal
penting yang disampaikan dosen di kelas dapat dipertegas kembali melalui bahasa
teks di halaman posting media ini. Di samping itu, melelui fitur ini dosen
dapat mentautkan link dari alamat website yang terkait dan mendukung mahasiswa
dalam memahami materi tertentu yang mungkin tidak terdapat di dalam buku
referensi. Dosen dapat mengunggah media gambar dan video untuk mendukung materi
yang diposting oleh dosen. Jika kapasitas video terlalu besar, dosen dapat
mentautkan link video dari youtube pribadi dosen maupun umum.
Meskipun tidak dapat bertatap
muka langsung, fitur ini juga mampu membangun sikap peduli mahasiswa dalam
berbagi informasi penting dan link, video, gambar penting yang dapat memperkaya
informasi antara mahasiswa dalam upaya mendukung pemahaman materi. Sebenarnya
tidak hanya meteri semata yang dapat diupload dosen di bagian posting ini,
dosen dapat mengupload kata-kata inspiratif dan segala berita atau fenomena
sosial yang kontekstual untuk membangun ranah afektif mahasiswa. Sarana untuk
melakukan sebuah diskusi on line juga dapat diterapkan melalui fitur ini. Dosen
mengupload sebuah persoalan untuk didiskusikan secara terbuka.
4.4. Memiliki Fitur
Perpustakaan (Library)
Dosen memiliki ruang di media e-learning untuk menyimpan
dan memanaje file terkait dengan materi mata kuliah yang mungkin tidak terdapat
di buku referensi di dalam silabus dan beberapa file lainnya. Melalui fitur ini
dosen dapat menyimpan file power point, file teks seperti modul, file audio,
file audio visual, dan file gambar termasuk link-link penting. Semua file dosen
yang tersimpan dapat didistiribusikan sesuai dengan kelas dan mata kuliah yang
relevan dengan file yang tersimpan di library.
Melalui fitur ini file dari dosen dapat didistribusikan secara adil dan
objektif, dalam catatan selama mahasiswa memiliki kemandirian dan keaktifan. Hal
ini mengingat semua file telah tersedia dan mahasiswa dapat mendownload secara
bebas.
4.5. Memiliki Fitur
Assigment dan Quiz
Media e-learning yang baik memiliki fitur pemberian tugas
yang dapat dibangun secara mandiri dari dosen. Dalam pengertian bahwa soal
untuk tugas dan ujian tidak langsung tesedia begitu saja dan hanya berupa multiple choice. Hal ini penting
mengingat kemampuan dan daya analitis mahasiswa tidak akan terasah dengan baik.
Kondisi setiap kelas yang dibangun berbeda-beda pada setiap semesternya
sehingga dosen perlu melakukan penyesuaian dengan soal untuk tugas dan ujian
mahasiswa secara on line. Adanya
fitur yang memberi keleluasaan dosen dalam membangun sendiri soal untuk tugas
dan ujian juga semakin akan mengasah keterampilan dosen.
Fitur quiz (multiple
choice, true-flase, fill in the blank) untuk pendidikan
tinggi juga penting dan masih diperlukan sebatas sebagai penjajagan kemampuan
awal mahasiswa sebelum memasuki sebuah topik baru dalam perkuliahan.
4.6. Memiliki Fitur
Polling
Polling dalam sebuah media e-learning perlu ada hal ini dapat
digunakan oleh dosen untuk melalukan survei secara on line terkait banyak hal.
Melaui fitur ini, dosen dapat melakukan penghematan penggunaan kertas dan dalam
penyusunan sebuah kuisioner survei. Survei dapat terkait dengan dinamika
perkuliahan dan jejak pendapat pada suatu kasus tertentu terkait dengan materi
perkuliahan. Dalam hal ini, kreativitas dosen yang paling menetukan dalam
mengolah survei melalui fitur ini.
4.7. Memiliki Fitur
Progres Report
Fitur ini berisi data terkait dengan nilai tugas, ujian, quiz yang diberikan dosen. Fitur ini
dapat mempermudah dosen dalam melihat perkembangan masing-masing mahasiswa
selama mahasiswa mengikuti perkuliahan dan tugas, ujian dan quiz on-line.
4.8. Memiliki Fitur
Profil Mahasiswa
Fitur profil mahasiswa yang
dimaksud disini tidak hanya sekedar mengenai contact person, tetapi mampu
memberikan informasi terkait dengan gaya belajar daii masing-masing mahasiswa.
Informasi ini sangat penting terkait dengan penanganan secara tepat oleh dosen
mulai dari penggunaan media hingga model pembelajaran yang akan diterapkan.
Sehingga e-learning dapat membantu secara cepat dalam menggali informasi gaya
belajar mahasiswa. Semakin selaras konten dan alat penyampaian dengan gaya
belajar maka akan lebih baik pemahaman mahasiswa yang pada gilirannya akan
memberikan hasil yang lebih baik.
Dari sekian kriteria media e-learning yang baik di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
media ini tidak hanya sebagai penyedia materi, tugas dan soal (instan) semata,
tetapi mampu menyediakan sarana dan memberikan ruang komunikasi antara dosen
dan mahasiswa dan antar mahasiswa dengan mahasiswa. Disamping itu mampu
menyediakan sebuah sarana untuk berbagai informasi dan ilmu pengetahuan dari
dosen ke mahasiswa dan antara mahasiswa sendiri. Dalam hal ini media ini dapat
melatih kepedulian kepada teman sesama mahasiswa yang tergabung di dalam kelas e-learning pada mata kuliah tertentu.
5.
MATERI YANG SESUAI DENGAN MEDIA E-LEARNING
Terkait dengan implementasi pembelajaran melalui e-learning Sri Anitah menegaskan bahwa
tidak semua materi perkuliahan dapat atau harus disajikan secara elektronik
(Sri Anitah, 2011:146). Untuk memahami hal ini dapat digunakan filosofi e-learning menurut Cisco (Rusman,
2012:347) sebagai berikut. Pertama, e-learning
merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan dan pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar secara konvensional sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalisasi. Ketiga, e-learning tidak
berarti mengantikan model konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model
belajar tersebut melalui pengayaan conten dan pengembangan teknologi
pendidikan.
Menurut penulis, materi yang tepat untuk disajikan di
dalam edmodo adalah materi yang dipandang sulit untuk dipahamai dan memerlukan
waktu lama dalam penyampaiannya (materi tergolong banyak). Jika dikaitkan
dengan filosofis di atas, materi yang sulit untuk dipahami secara logis memerlukan
waktu yang lama untuk penyampaiannya begitu juga dengan materi yang tergolong
banyak, hal ini dapat diatasi melalui pembelajaran di luar kelas melalui
edmodo. Melalui edmodo keterbatasan waktu dalam pembelajaran konvensional dapat
diatasi. Melalui media ini mahasiswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
dapat memperoleh pengayaan sementara mahasiswa yang kecepatan berada di bawahnya
dapat melakukan penggalian informasi melalui berbagai sumber yang disediakan
dosen di edmodo atau dengan cara menanyakan langsung dengan mengirimkan pesan
ke dosen via edmodo atau bahkan berdiskusi dengan teman. Jika semua materi di
edmodokan dapat memunculkan kejenuhan mahasiswa. Semua media pembelajaran tidak
ada yang lebih baik dari media pembelajaran yang lain. Akan tetapi, ketika
media pembelajaran digunakan secara terus menerus untuk semua materi ada
kecenderungan mahasiswa mengalami kejenuhan terhadap model pembelajaran ini.
6.
PEMANFAATAN E-LEARNING DALAM PEMBALAJARAN SEJARAH
Dalam mengimplementasikan pembelajaran melalui e-learning terdapat berbagai aplikasi free e-learning yang dapat digunakan
antara lain Edmodo, Quipper School, dan Claroline. Penulis dalam hal ini
memilih Edmodo untuk dikaji, dari ketiga apalikasi free e-learning yang ada. Pertimbangan penulis mengkaji Edmodo
karena aplikasi ini memenuhi kriteria media e-learning
yang baik dibandingkan ke dua aplikasi tersebut bahkan dengan e-learning berbasis moodle. Sementara untuk Quipper School memiliki kelemahan antara
lain tidak terdapat fitur posting dan dosen tidak memiliki fleksibilitas dalam
membuat soal untuk latihan dan ujian karena semua telah tersedia.
Soal dalam Quipper School dibuat dalam bentuk pilihan ganda
hal ini untuk tingkat pendidikan tinggi tidak relevan karena tidak bisa
membantu mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritisnya. Dosen
dalam hal ini menjadi pasif dalam pengembangan soal terkait untuk tugas dan
ujian. Sementara untuk Claroline dari sisi templete belum memenuhi kriteria
sebagai media e-learning yang baik, jika
dipaksakan untuk digunakan dapat menurunkan minat mahasiswa dalam menggunakan
media ini sebagai sarana pembelajaran.
Sebelum memulia menggunakan media e-learning (edmodo) dosen perlu melakukan sosialisai dan pengenalan
dari aplikasi yang hendak digunakan. Hal ini senada dengan pendapat Smaldino
(2011:209) bahwa mahasiswa perlu untuk mengetahui bagaimana teknologi untuk
berkomunikasi dengan dosen dan saling berkomunikasi dengan rekan. Ketika
mahasiswa ingin mengajukan pertanyaan, atau ikut serta dalam diskusi mereka
harus bisa menggunakan teknologi untuk berinteraksi. Smaldino (2011:209) juga
menekankan bahwa disamping penguasaan tersebut mahasiswa harus mengetahui etika
untuk berkomunikasi.
Oleh karena itu dosen perlu merencanakannya sebelum
proses pembelajaran dimulai untuk melakukan simulasi dengan mahasiswa di kelas
terkait dengan berbagai fitur dan cara kerja dari edmodo dalam hal ini. Sosialiasi
dan simulasi ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Tidak dipahaminya fitur dan cara mengoperasikan edmodo dapat merugikan
mahasiswa yang bersangkutan. Sebagai contoh terdapat seorang mahasiswa yang
secara akademis memiliki kemampuan yang baik, tetapi hanya kerena salah atau
tidak tahu cara mengerjakan tugas atau ujian yang diberikan oleh dosen,
mahasiswa tersebut harus kehilangan nilai. Dosen juga harus mensosialiasikan
pengunaan aplikasi ini secara lebih efektif dengan memperkenalkan app dari
edmodo yang dapat diinstalkan melalui tablet maupaun smartphone milik
mahasiswa, dengan demikian mahasiswa akan jauh lebih mudah memperoleh informasi
dari edmodo secara lebih up to date
dan lebih mobil.
Hal berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah
mengenai kontrak dosen dengan mahasiswa dalam menggunakan e-learning. Secara khusus terkait dengan jadwal on-line dosen. Hal ini untuk menghindari
terjadinya penurunan minat mahasiswa terkait dengan kecapatan respon dosen atas
pertanyaan mahasiswa. Sesuai dengan
prinsip e-learning bahwa melalui
media ini mahasiswa tidak terikat ruang dan waktu untuk mengakses edmodo
termasuk di dalam mengirimkan pesan ke dosen. Hal ini dapat berarti bahwa pesan
dari mahasiswa kepada dosen sangat terbuka kemungkin dikirim pukul 00:00 Wib.
Jika tanpa kontrak dan kesepakatan yang jelas dengan mahasiswa terkait dengan
waktu on-line dosen akan menimbulkan persepsi
negatif terhadap dosen dan menurunkan minat mahasiswa untuk berkomunikasi
menggunakan edmodo. Menjadi hal yang perlu untuk dipahami bahwa dosen sebagai
pengajar juga memiliki hak untuk tidak terikat setiap saat setiap detik untuk
melayani mahasiswa. Kontrak ini juga dapat menjadi pendidikan nilai bagi
mahasiswa akan pentingnya etika dalam berkomunikasi, menghargai hak dosen dan melatih
kesabaran mahasiswa diera digital yang seberba mengandalkan kecetapan yang
cenderung melupakan sebuah proses.
Dalam mengkaji
mengenai pemanfaatan e-learning
edmodo dalam pembelajaran sejarah, penulis memilih materi “Sejarah Peristiwa
1965”. Meteri ini merupakan materi sejarah kontroversial dan rumit untuk
dipahami. Dalam mempelajari materi ini tidak cukup disajikan hanya menggunakan
buku referensi semata, dalam hal ini diperlukan berbagai jenis sumber belajar
baik berupa audio-visual maupun gambar yang dapat mempermudah pemahaman mahasiswa.
Model pemebelajaran e-learning
menurut Rasthy dapat diklasifikasikan menjadi tiga model yaitu, adjunct, mixed/blanded, dan fully on
line (Dewi Salma Prawradilaga,
2013:36). Model adjunct adalah proses
pembelajaran tradisonal plus. Artinya pembelajaran tradisional yang ditunjang
dengan sistem penyampaian secara on-line
sebagai pengayaan. Sistem on-line
ini hanya digunakan sebagai suatu tambahan. Sebagai contoh seorang dosen
menugaskan mahasiswa untuk mencari informasi dari internet untuk menunjang
pembelajaran di kelas
Model Mixed/Blanded,
merupakan penyampaian on-line sebagai
bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Proses
pembelajaran tatap muka mapupun pembelajaran secara on-line merupakan kesatuan yang utuh. Melalui model ini harus
memperhatikan masalah relevansi topik pelajaran yang dapat dilakukan secara on-line dan mana yang dapat dilakukan
secara tatap muka, menjadi faktor pertimbangan penting dalam penyesuaian dengan
tujuan pembelajaran, materi kuliah, karakteristik mahasiswa maupaun kondisi
yang ada. Sementara model on-line
penuh, mengartikan bahwa semua proses interaksi pembelajaran dan penyampaian
bahan belajar dilakukan secara on-line.
Dari ketiga model pembelajaran di atas penulis
menggunakan model mixed/blanded untuk
mengkajinya. Pertimbangan penulis memilih model ini adalah pertimbangan untuk
mengurangi atau menghindari terlambatnya pendidikan nilai dalam proses
pembelajaran. Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan
antarsesama mahasiswa itu sendiri yang menjadi pokok persoalan. Kemajuan
teknologi hendakanya tidak menjadi pembudaya berkurangnya interaksi sosial secara
langsung.
Dalam model ini penulis hendak mencoba mengembangkan ide
terkait dengan model mixed/blanded. Pengembangan
ini disesuaikan dengan jumlah pertemuan dalam satu semester perkuliahan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yaitu sebanyak enam belas kali pertemuan
(16). Dari enam belas pertemuan tersebut dikurangi dua pertemuan untuk ujian
sisipan pertama dan ujian sisipan kedua. Sehingga dalam hal ini dosen memiliki
waktu efektif sebanyak empat belas kali pertemuan. Dalam model pengembangan ini
ujian sisipan dan ujian akhir dilakukan secara offline yaitu dilakukan dalam
ruang kelas sesuai dengan jadwal ujian.
Materi “Peristiwa 1965” mendapatkan jatah pertemuan
sebanyak 4 kali pertemuan. Terbatasnya jumlah pertemuan ini yang kemudian turut
melatar belakangi penggunaan edmodo dalam materi ini dengan tujuan untuk
menyediakan waktu belajar yang cukup bagi mahasiswa. Dalam empat kali pertemuan
ini mahasiswa melakukan proses pembelajaran utama di dalam kelas dan di luar
kelas menggunakan edmodo. Pada pertemuan pertama untuk materi ini dosen
menyelengarakan pembelajaran di kelas dengan pendekata konstruktivistik dan
metode diskusi dan CTL dan PBL.
Dosen dalam hal ini setiap selesai menyelengarkan proses
pembelajaran melakukan update posting terkait dengan materi yang disampaikan
pada pertemuan pertama. Oleh karena itu dosen bentul-betul perlu menyiapkan
dengan matang sebelum perkuliahan dimulai. Keterlambatan update dapat
menurunkan minat mahasiswa. Update
posting ini dapat berupa ringkasan penjelasan dosen yang mudah dipahami
terkait dengan penalaran atau hasil analisis dari materi tersebut. Hal ini
penting karena tidak semua mahasiswa dapat menangkap secara utuh penjelasan
dosen di dalam kelas. Melalui fitur ini akan memberikan keuntungan bahwa
pemahaman mahasiswa akan penjelasan dosen di kelas akan sama. Oleh karena itu pada setiap akhir perkuliahan
dosen perlu untuk mengingatkan mahasiswa untuk mengakses edmodo.
Disamping itu dosen melalui edmodo memberikan sebuah
topik untuk didiskusikan secara on-line.
Sebagai bahan penunjang disukusi dosen menyediakan sumber lain yang telah
disimpan di dalam library edmodo. Meskipun
demikian dosen juga memberikan kebebasan untuk mengakses sumber lain yang
relevan. Hasil temuan dari diskusi kemudian dibawa kembali ke dalam kelas untuk
dibahas bersama dengan dosen. Perlu diperhatikan ketika diskusi di kelas dosen
sebaiknya membuka edmodo dan menampilkan hasil diskusi yang mahasiswa lakukan
di edmodo, hal ini penting untuk memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang
aktif dan memotivasi mahasiswa yang kurang atau tidak aktif berdiskusi di
edmodo.
Pendiskusian kembali diskusi on-line ke kelas sangat penting untuk untuk pelurusan pemahaman
mahasiswa oleh dosen, dan untuk penanaman nilai yang tidak dapat dilakukan di
edmodo. Meskipun demikian edmodo mampu memberikan sumbangan dalam penanaman
nilai meskipun dalam bentuk penanaman pengetahuan akan nilai yang masih dalam
taraf penanaman sikap. Dosen dapat mengupayakan ini dengan menyajikan
permasalahan kemanusiaan yang kontekstual melalui posting di edmodo baik dalam
format teks, gambar dan video yang terlink dengan edmodo. Cara lain dapat
dilakukan dengan menggunakan poster penglitik jiwa atau kata-kata inspiratif
yang terkait dengan materi. Kesemuanya ini diperkuat melalui pertemuan di kelas
bersama dosen.
Pengunaan beberapa media di edmodo baik berupa teks,
gambar dan audio visual dapat membantu para mahasiswa yang memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Terwakilinya gaya belajar dan waktu belajar yang
fleksibel ini dapat memberikan hasil yang lebih optimal dalam pemahaman materi
perkuliahan.
Dosen harus siap untuk menanggapi pertanyaan dari
mahasiswa yang dikirimkan melalui edmodo. Keterlambatan respon atas pertanyaan
tersebut dapat menurunkan minat mahasiswa. Sehingga hal yang fital ini perlu
diperhatikan dan dosen harus konsekuen atas kontrak atau kesepakatan yang telah
dibuat pada awal perkuliahan. Dosen juga perlu untuk memperhatikan mahasiswa
dengan kecepatan belajar di atas rata-rata dengan memfasilitasi mereka dengan
memberikan sebuah permasalahan baru terkait dengan materi. Mengingat salah satu
kelebihan edmodo mampu menyediakan sebuah program pengayaan.
Pola ini dilakukan dalam pertemuan-pertemuan berikutnya. Pada
akhir petemuan dosen dapat memberikan tugas via edmodo kepada mahasiswa. Dosen
harus memberikan deskripsi yang jelas terkait dengan tugas on-line tersebut. Termasuk kesepakatan akan keterlambatan dari upload tugas ke edmodo. Tugas hendaknya
bersifat analitis dan dikaitkan dengan hal-hal yang kontesktual, termasuk
mengenai pendidikan nilai.
7.
PENUTUP
Media e-learning yang
baik salah satunya ditentukan oleh template dan fitur yang dimilikinya. Media
ini dapat diibaratkan sebagai kelas maya yang akan dihadiri oleh peserta didik.
Kelas ini akan menarik atau tidak pertama ditentukan oleh kenyamanan visual dari
e-learning terkait. Unsur kemenarikan
media menjadi kunci pertama untuk diminati oleh peserta didik. Hal ini
didasarkan pada prinsip bahwa media memiliki fungsi untuk menarik perhatian
peserta didik yang kurang memiliki minat belajar. Artinya bahwa media juga
berperan untuk mengubah kondisi peserta didik dari tidak berminat belajar
menjadi berminat belajar.
Materi perkuliahan tidak semuanya dapat di e-learningkan, materi yang dapat e-learningkan adalah materi yang
tergolong sulit untuk dipahamai dan materi yang tergolong banyak. Kondisi ini
memerlukan waktu pembelajaran yang lebih dari waktu yang tersedia di kelas.
Disamping itu mahasiswa dalam hal ini memerlukan waktu lebih untuk bertanya
terkait dengan kesulitan mereka memahami materi sementara untuk mahasiswa yang
memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata memerlukan sarana untuk bekembang
lebih cepat. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan media e-learning, karena media ini tidak
terikat oleh ruang dan waktu, sehingga mahasisiwa dapat bertanya dan menerima
pengayaan kapan pun dimanapun
Implementasi e-learning
yang ideal untuk materi yang sulit seperti “Peristiwa 1965” adalah model mixed/blanded. Pertimbangannya adalah untuk
mengurangi atau menghindari terlambatnya pendidikan nilai dalam proses
pembelajaran. Sementara materi tersebut begitu syarat akan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Salma Prawradilaga, dkk.
2013. Mozaik Teknologi Pendidikan
E-Learning. Jakarta: Kencana.
Empy Effendi. 2005. E-learning Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan
Madani
Rusman. 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
________,et al., 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta : Rajawali
Perss.
Ruth Colvin Clark & Richard
E. Mayer. 2008. E-Learning and the
Science of Instruction:Proven Guidelines for Consumers and Designer of
Multimedia Learning 2nd ed. USA:
Pfeiffer
Sadiman et al., 2011. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekom Dibud & PT Raja Grafindo Persada.
Smaldino, dkk. 2011. Instructional Technology & Media For
Learning. Jakarta: Kencana
Sri Anitah, 2011. Media Pembelajaran. Surakarta : UNS
Press.
Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran.
Yogyakarta: Pedagogia.
William Horton. 2006. E-Learning by Design. San Fransico:
PfeifferMenggunakan atau menggutip isi atau bagian dari artikel ini wajib mencantumpakan nama penulis dan nama jurnal selayaknya aturan pengutipan dari Jurnal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar