Prof. Dr. Hermanu Joebagio |
Ketertarikannya terhadap sejarah Islam pula yang mengantar pria kelahiran Madiun, 3 Maret 1956 itu pada pengukuhan guru besar ke-152 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Kamis (24/4) hari ini. Setelah menyandang gelar guru besar, satu-satunya pakar sejarah Islam yang dimiliki UNS ini merasa memiliki kewajiban untuk terus mempelajari sejarah Islam, terutama di Indonesia.
Kekuatan Akar Rumput
Pada sidang senat terbuka bidang Ilmu Sejarah Politik Islam di auditorium UNS, Hermanu akan menyampaikan pidato pengukuhan berjudul ”Politik Islam dalam Pusaran Sejarah Surakarta”. Dia memilih pidato tersebut lantaran berdasarkan penelitiannya, latar belakang pergumulan politik di kerajaan tradisional dari Demak hingga Mataram selalu mengikutsertakan Islam dalam putaran konflik.
Menurutnya, Islam bukanlah kekuatan ideologis negara tetapi kekuatan akar rumput. Dengan begitu, kekuatan itu berisiko besar direpresi oleh penguasa apabila berseberangan dengan arus politik.
”Dalam sejarah kerajaan Islam dari Demak hingga Mataram, ideologi Islam tidak digunakan dalam pemerintahan meskipun kehidupan islami mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat,” kata Hermanu yang menjadi guru besar pertama di Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP tersebut.
Menurut Hermanu, Islam dalam sejarah adalah akar rumput. Namun dalam perkembangannya, Islam justru menjadi alat politik. Hal itu terlihat dari banyaknya partai Islam di Indonesia setelah era reformasi.
Menurutnya, sejarah Islam di Indonesia belum begitu banyak diteliti oleh akademisi. Dari puluhan kali melakukan penelitian, sekitar sembilan penelitiannya mengacu pada sejarah Islam. Dari sembilan jurnal ilmiah tersebut, hanya lima yang telah terakreditasi secara nasional.
Dengan mempelajari sejarah, Hermanu mengaku bisa mendapatkan manfaat untuk bisa melihat masa lalu dan merekonstruksi masa depan.
Sumber : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/04/25/222898/Hermanu-Joebagio-Pakar-Sejarah-Islam-Pertama-UNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar