Berkembangnya kesadaran kebangsaan yang bertujuan melepaskan diri dari
belenggu penjajahan Barat yang terjadi di Asia dan Afrika dimulai akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20. Pada umumnya “motor penggerak” dari kesadaran berbangsa di
kawasan tersebut adalah kaum terpelajar yang mendapat pengaruh pendidikan
Barat. Mereka dengan hasil pendidikan yang diperoleh terbiasa dengan
pemikiran-pemikiran baru yang berkembang di dunia saat itu seperti liberalisme,
sosialisme, dan nasionalisme.Semangat liberalisme yang mengedepankan kebebasan
dan persamaan, sosialisme yang menjunjung tinggi kemakmuran dengan cara bersama
serta nasionalisme yang memberi penekanan pada cinta tanah air dan bangsanya
mewarnai cara berpikir dan pandangan politik para pemimpinnya pada waktu itu.
Mulai timbulnya kesadaran berbangsa
di kalangan negara-negara di Asia dan Afrika kemudian mendorong tercapainya
kemerdekaan lepas dari belenggu penjajahan. Bagi bangsa Indonesia belajar dari
timbulnya kesadaran berbangsa tersebut memacu untuk berjuang sekuat tenaga
melalui organisasi-organisasi politik yang dibentuknya. Berikut perkembangan
nasionalisme di beberapa negara di Asia dan Afrika yang ber-pengaruh terhadap kesadaran nasional
bangsa Indonesia untuk mengusir penjajahan.
1.
Nasionalisme Jepang
Nasionalisme Jepang tumbuh di kalangan masyarakat Jepang yang bertujuan
untuk menghindarkan dari pengaruh-pengaruh bangsa Barat yang masuk ke Jepang.
a.
Latar Belakang
Lahirnya Nasionalisme Jepang
Sebagai negara kepulauan Jepang merupakan negara dengan bentuk pemerintahan
monarkhi konstitusional, mereka menyebut negerinya sebagai “negeri matahari
terbit”.
Bermula dari pemerintahan Shogun
Tokugawa yang berhasil mengakhiri perang saudara pada tahun 1615 Masehi, lahir
kebijakan menutup diri terhadap pengaruh-pengaruh asing terutama Barat disebut
dengan politik isolasi atau politik pintu tertutup. Tujuan politik
isolasi ini sesungguhnya untuk menghindarkan diri dari pengaruh luar yang tidak
baik yang akan membawa kehancuran ekonomi, sosial, dan budaya Jepang.
Pelaksanaan politik isolasi Jepang menyebabkan bangsa Barat ingin dapat
memasuki wilayah Jepang, sehingga mulai Amerika Serikat mengirim utusannya
Laksamana Bidlle untuk membuka hubungan dagang dengan Jepang. Meskipun berakhir
dengan kegagalan karena ditolak oleh Shogun, Amerika Serikat kemudian
mengirim-kan Komodor Mathew C. Perry mendesak Shogun membuka Jepang bagi bangsa
asing.
Pada masa pemerintahan Shogun Yoshinabu akhirnya Jepang terpaksa
menandatangai perjanjian Shimoda (1854) yang menyebutkan Jepang harus membuka
pelabuhan Shimoda dan Hakkodate untuk bangsa asing. Sebagai akibat dari
pembukaan pelabuhan-pelabuhan tersebut, maka masuklah bangsa asing ke Jepang.
Berikut akibat-akibat ditandatanganinya Perjanjian Shimoda bagi Jepang.
1)
Munculnya gerakan anti-Shogun, karena sikap shogun
terhadap bangsa asing terlalu lemah.
2)
Munculnya pemberontakan Satsuma yang melakukan pembunuhan
terhadap orang-orang asing.
3)
Timbulnya gerakan mendukung Tenno dan berusaha mengembalikan
kekuasaan pemerintahan kepada Tenno.
4)
Terjadinya Restorasi Meiji.
b.
Restorasi
Meiji dan Akibatnya bagi Jepang
Restorasi Meiji merupakan gerakan pengembali-an kekuasaan dari Shogun
kepada Tenno (Kaisar). Terjadinya Restorasi Meiji karena didorong beberapa hal
berikut.
1)
Bahwa Shintoisme mengajarkan bahwa Tenno adalah keturunan
dewa Amaterasu dengan sifat pemerintahannya bersifat abadi. Untuk men-yelamatkan
negara maka hanya bergantung kepada Tenno, karena itu pemerintahan dari tangan
Shogun harus dikembalikan ke Tenno
2)
Adanya permusuhan di kalangan kaum bangsawan Jepang
dengan pihak Shogun
3)
Perjanjian Shimoda dirasa tidak menguntung-kan bagi
Jepang, sehingga pecah pemberontakan Satsuma dan Choshu pada tahun 1863.
Setelah kekuasaan Shogun diserahkan kembali ke Kaisar, maka Kaisar Meiji
(Mutsuhito) mengangkat sumpah setia (Charter Oath) April 1868.
Untuk mengejar ketinggalan dengan Barat, Kaisar Meiji mengadakan
pembaharuan dalam segala bidang.
1) Bidang politik
a)
Feodalisme dihapuskan.
b)
Kaisar diangkat sebagai kepala negara.
c)
Para daimyo (bangsawan) dijadikan pegawai negeri, tanah
negara dibagi dalam banyak prefektur.
d)
Sistem pemerintahan adalah parlementer (sistem
pemerintahan model Barat).
e)
Ibu kota Jepang dipindahkan dari Kyoto ke Tokyo (tahun
1868).
2) Bidang industri
a)
Meningkatkan perdagangan teh dan sutra yang sangat laku
di luar negeri.
b)
Membeli mesin-mesin baru yang dibutuhkan dalam
mengembangkan industri.
c)
Mengubah ekonomi agraris yang kolot dengan ekonomi
industri yang modern.
d)
Mengirimkan para ahli untuk belajar di luar negeri dan
mendatangkan para ahli luar negeri masuk ke Jepang, sehingga industri Jepang
akan maju melebihi kemajuan dari negara Barat.
3) Bidang pendidikan
a)
Menerapkan pendidikan ala Barat.
b)
Wajib belajar diberlakukan bagi anak berusia 6 tahun bagi
semua penduduk.
c)
Mengirimkan pelajar ke luar negeri untuk belajar
teknologi Barat dan setelah kembali untuk membangun memajukan Jepang, sehingga
dalam kurun waktu 50 tahun Jepang sudah menjadi negara modern.
4) Bidang angkatan perang
a)
Angkatan perang dibangun secara modern meniru Barat.
b)
Pembangunan angkatan darat meniru Jerman dan Prancis,
sedangkan angkatan laut meniru Inggris.
c)
Adanya wajib militer bagi setiap warga negara berumur 20
tahun.
d)
Kementerian pertahanan bertanggung jawab kepada presiden,
sehingga kedudukannya kuat dan akhirnya
menjelma menjadi gunbatsu (pemerintahan diktator militer).
Dalam waktu
sekitar 10 tahun setelah restorasi, proses pembaruan di Jepang telah berjalan
dengan sangat cepat. Dampak
lebih lanjut dari Restorasi Meiji adalah munculnya Jepang sebagai negara
Imperialis pada Perang Dunia II. Ajaran Hakko Ichi u kemudian menjadi dasar bagi Jepang untuk
memperluas wilayah kekuasaan yang didorong karena tujuan ekonomi.
2.
Nasionalisme Cina
Kebangkitan nasionalisme Cina bertujuan untuk mengakhiri pemerintahan
monarki dan pengaruh imperialisme bangsa Barat.
a. Peristiwa-Peristiwa yang Melatarbelakangi
Lahirnya Nasionalisme Cina
1)
Perang
Candu (1839- 1842)
Dinasti terakhir Cina yang berasal
dari luar Cina adalah Manchu yang berasal dari Manchuria. Dinasti ini berkuasa
mulai tahun 1644 - 1912 dan dianggap dinasti yang lemah. Pada masa Dinasti
Manchu ini mulailah bangsa Barat datang ke Cina. Kedatangan bangsa Barat yang
diwakili Inggris kemudian menimbulkan pecahnya Perang Candu. Perang Candu
berawal dari masuknya candu yang dibawa oleh Inggris ke Cina, Masuknya candu
membawa pengaruh yang jelek bagi orang Cina, sebaliknya bangsa Inggris
menikmati hasil dari perdagangan candu. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kesadaran kebangsaan
bagi orang-orang Cina. Perang candu sendiri diakhiri dengan Perjanjian Nanking
pada tanggal 29 Agustus 1842.
Setelah adanya perjanjian Nanking, banyak bangsa Barat kemudian berdatangan
ke Cina dan menuntut untuk mendapatkan hak yang sama, seperti hak berdagang,
hak bertempat tinggal dan hak ekstrateritorial.
2)
Pemberontakan
Taiping (1850 – 1864)
Pemberontakan ini dipimpin oleh Hung Siu Tswan terhadap kekuasaan Dinasti
Manchu. Dalam gerakan yang dipimpinnya, Hung Siu Tswan menyatakan diri sebagai
raja Kerajaan Taiping Tien Kuo (kerajaan Surga Damai Abadi). Akibatnya banyak
rakyat yang simpati terhadap gerakan tersebut dan selanjutnya membantu melawan
Dinasti Manchu. Guna menghadapi pemberontakan Taiping, dinasti Manchu kemudian
dibantu oleh Inggris, sehingga berakhir dengan kekalahan dinasti pihak
pemberontak.
Arti penting dari Pemberontakan
Taiping sendiri adalah sebagai berikut.
a)
Merupakan pemberontakan sosial dengan tujuan agar
pemerintah lebih memperhatikan nasib rakyat
b)
Merupakan pemberontakan nasional yang menginginkan
pemerintahan berasal dari bangsa sendiri
c)
Merupakan pemberontakan yang memunculkan ide komunis,
yang selanjutnya dikembangkan oleh partai Komunis pimpinan Mao Tse Tung
3)
Pemberontakan Boxer (1900 – 1901)
Boxer adalah sebutan bangsa Barat untuk
memberi nama ilmu bela diri Cina (Kung Fu). Pemberontakan Boxer
dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bela diri Cina yang dibantu oleh
pemerintahan dinasti Manchu. Pemberontakan ini disebabkan kebencian bangsa Cina
atas keberadaan bangsa asing. Pada akhirnya pemberontakan ini juga mengalami kegagalan untuk mengusir
bangsa asing dari Cina, sehingga pemerintahan dinasti Manchu harus
menandatangai Boxer Protokol (1901) yang salah satu isinya dilarangnya
gerakan yang menentang orang asing.
b. Lahirnya Nasionalisme Cina
Pemberontakan-pemberontakan bangsa
Cina terhadap ke-beradaan bangsa asing meskipun semuanya berakhir dengan
kegagalan tetapi mendorong meningkatnya
perlawanan bangsa Cina melalui bentuk lain yaitu melalui pergerakan nasional. Di
antaranya muncul pergerakan nasional yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. Ia adalah figur bangsa Cina
yang berpendidikan Barat dan berkeinginan mendirikan negara Cina yang bersifat
nasionalis. Timbulnya gerakan nasionalis Cina di bawah Sun Yat Sen disebabkan
beberapa oleh beberapa hal berikut.
1)
Lahirnya generasi baru yag berpaham modern dan
ber-pendidikan Barat.
2)
Adanya pandangan bahwa pemerintahan Manchu adalah
pemerintahan asing yang kolot dan harus diganti dengan bangsa Cina sendiri.
3)
Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
4)
Keinginan untuk memodernisasi Cina.
Sedang yang merupakan sebab khusus adalah ditolaknya izin orang-orang Cina
kaya untuk membuka jalu kereta api oleh pemerintahan Manchu yang kemudian
justru diberikan kepada bangsa asing.
Beberapa hal diatas membuat kemarahan rakyat sehingga meletuslah revolusi di kota Wuchang tanggal 10 Oktober
1911 (The Double Ten Day) yang dipimpin Sun Yat Sen. Revolusi ini
melahirkan berdirinya Republik Cina yang meliputi Cina Selatan yang berpusat di
Kanton dan Cina Utara yang berpusat di
Peking.
Keberhasilan Cina yang kembali diperintah oleh bangsa sendiri, tidak lepas
dari ajaran yang dikemuka-kan oleh Sun Yat Sen dengan istilah “San Min Chu i”
yang berarti tiga asas kerakyatan yang meliputi nasionalisme (min cu),
demokrasi (min cuan), dan sosialisme (min shen).
Ketiga ajaran yang disodorkan oleh Sun Yat Sen itu mampu menggerakkan hati
rakyat, bahwa Cina adalah negerinya maka harus diperintah sendiri oleh bangsa
sendiri untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera agar tidak mudah
dipengaruhi oleh paham-paham yang menyengsarakan rakyat. Pada mulanya Republik
Cina hanya meliputi Cina Selatan yang beribu kota di Nanking. Jenderal Yuan
Shih Kai yang berkuasa di Cina Utara ikut mendukungnya. Demi persatuan seluruh
Cina kedua tokoh itu akan berunding untuk mempersatukan Cina, dengan catatan
Yuan Shih Kai yang menjabat presiden. Dengan rela Sun Yat Sen menyerahkannya,
dengan pesan asal Cina bersatu.
Mulai tanggal 15 Februari 1912 Sun Yat Sen mundur dari jabatan presiden,
kemudian mendirikan Partai Nasionalis Cina (Kuo Min Tang 1912). Yuan Shih Kai
yang memangku jabatan itu berbuat berkhianat, yakni bertindak sewenang-wenang
dan berusaha menangkap Sun Yat Sen. Maka Sun Yat Sen terpaksa melarikan diri
mengungsi ke luar Cina (USA).
Pada tahun 1916 Yuan Shih Kai wafat, maka Sun Yat Sen mulai membenahi
kembali Cina yang sudah dirintis pada masa yang lalu. Untuk perbaikan dan
pembaharuan itu didatangkannya ahli negara dari Rusia Lilisan. Pada tahun 1912
didirikan Partai Komunis Cina (Kung Chang Tang). Maka muncul dua partai di
Cina. Pada tanggal 12 Maret 1925 Sun Yat Sen wafat, dan jabatannya digantikan
oleh Chiang Kai Shek sebagai presiden dan pimpinan partai nasionalis Cina. Maka
Chiang Kai Shek mem-punyai tugas menggantikan Sun Yat Sen dan me-lanjutkan
Revolusi Cina.
Pada tahun 1926 Lilisan bersama partai komunis menyerang Cina Utara. Namun
setelah daerah itu dikuasai, terjadilah persengketaan dengan partai komunis
mengenai masalah pembagian tanah yang ditolak oleh Chiang Kai Shek. Persengketaan
itu berlarut-larut dan berkembang menjadi permusuhan; Bahkan pada tahun 1931
partai komunis yang dipimpin Mao Tse Tung sulit untuk rujuk kembali. Puncaknya,
Mao Tse Tung pada tanggal 1 Oktober 1934 mengada-kan Long March yaitu
perjalanan jarak jauh dari Kiangsi menuju Yenan.
Berikut sebab-sebab partai komunis melakukan Long March.
a. Menjauhkan diri dari Cina Selatan (Cina nasionalisme).
b. Mendekatkan diri dengan partai komunis di Rusia.
c.
Daerah utara lebih murni karena penduduknya adalah
petani.
Long March itu menempuh jarak
9000 km diikuti 100.000 orang komunis, yang sampai di Yenan tinggal 20.000
orang. Dalam usaha mempertemukan Chiang Kai Shek dengan Mao Tse Tung terjadilah
insiden di kota Sian (1937), yaitu penculikan Chiang Kai Shek untuk
dipertemukan dengan Mao Tse Tung dalam rangka me-ngusir penjajahan Jepang.
3. Nasionalisme India
Bangsa Barat
masuk ke India sejak datangnya Portugis yang dipimpin Vasco da Gama pada tahun
1498 di Calicut (Kalkuta). Setelah itu berturut-turut
datanglah orang Spanyol, Belanda,Inggris dan Prancis. Kedatangan mereka bermula dari
berdagang namun kemudian berlanjut untuk mencari daerah jajahan.
Sejak tahun 1600 bangsa Barat yang datang ke India adalah Inggris, yang
selanjutnya mendirika perusahan dagang yang disebut East India Company
(EIC). Sejak Inggris datang, mulailah perluasan kekuasaan Inggris di India
melalui tindakan-tindakan yang sangat merugikan rakyat India. Akibat perilaku
Inggris tersebut, maka terjadi perlawanan rakyat India terhadap Inggris.
a.
Pemberontakan-Pemberontakan
di India
Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di India adalah perlawanan
raja-raja Maratha, perlawanan raja-raja Sikh, dan pemberontakan Sepoy.
Pemberontakan Sepoy disebut juga pemberontakan The Great Indian Mutiny
dengan tokoh-tokohnya seperti Rani Laksmi Bay,
Nana Sahid, dan Tantia Topi. Pemberontakan ini disebabkan:
1)
Penderitaan rakyat India akibat penjajahan dan penindasan
Ingris
2)
Prajurit India (sepoy) diperlakukan tidak adil, misalnya
meskipun sama pangkatnya tetapi gaji dan perlakuannya berbeda.
b.
Pergerakan
Nasional di India
Pemberontakan Sepoy membawa akibat yang besar bagi India yaitu lahirnya
pergerakan nasional di India. Sebab lain munculnya pergerakan nasional India
adalah sebagai berikut.
1)
Penderiataan rakyat akibat penjajahan Inggris.
2)
Pertentangan budaya Inggris dengan budaya India.
3)
Rakyat India menuntut status dominion.
4)
Pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
5)
Orang-orang India tidak diberi kesempatan duduk dalam
pemerintahan.
Pergerakan nasional di India
meliputi pergerakan yang bersifat sosial dan politik.
a.
Pergerakan yang Bersifat Sosial
Gerakan ini merupakan reaksi positif terhadap masuknya budaya Barat. Gerakan
ini berusaha memperkenalkan unsur-unsur budaya Barat yang baik kepada
masyarakat tradisional India. Gerakan-gerakan tersebut antara lain Brahma Samaj, Santiniketan, dan Rama
Krisna.
b.
Gerakan Politik
Gerakan politik mengawali kebangkitan nasionalisme India, merupakan gerakan
dari seluruh rakyat India. Gerakan ini mempunyai sifat yang lebih luas,
mempunyai wawasan kebang-saan dan nasionalisme.
1)Partai
Kongres (All Indian National Congress 1885)
Tujuan organisasi ini ialah menuntut gerakan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris.
Gerakan ini merupakan kesatuan aksi bangsa India dan berdiri atas prakarsa
Allan O. Hume, orang Inggris yang mencintai India. Tokoh-tokoh di dalam
organisasi ini antara Motilal Nehru, Tilak, dan Mahatma Gandhi. Pada rapat
kongres yang diada-kan di Bombay pada tahun 1886, organisasi ini dipimpin
Banerjie. Anggota gerakan terdiri dari orang–orang yang berbeda agama dan
aliran politik sehingga pada awalnya organisasi ini bersifat moderat terhadap
penjajahan Inggris. Dalam per-kembangannya partai kongres terpecah menjadi dua
aliran karena ada tokoh-tokoh yang berpandangan radikal seperti Tilak,
Jawaharlal Nehru, Bepin Chandraphal dan Arabindo Ghose sedangkan yang bersifat Moderat
dipimpin oleh Banerji.
2)Moslem League
Pada tahun 1906 kaum muslimin keluar dari Kongres dan mendirikan Moslem
League dipimpin Moh. Ali Jinnah, dengan tujuan mendirikan agama Islam yang
terpisah dari orang Hindu (India). Berdirinya Moslem League tidak lepas dari
pernyataan tokoh radikal partai Kongres yang menyatakan “India adalah Hindu”
Pandangan ini kemudian dianggap sebagai ancaman sehingga berdirilah Moslem
League.
Perkembangan
nasionalisme India dan usaha mencapai perjuangan kemerdekaan tidak dapat
dilepaskan dari figur Mahatma Gandhi. Dalam pandangannya cita-cita politik harus
dicapai dengan melakukan pembaharuan terhadap sikap manusia-nya yang
kemudian akan memaksa keadaan (politik) berubah menurut kehendak manusia
tersebut. Gagasan-gagasan Gandhi kemudian tertuang dalam ajaran-ajarannya
berikut ini.
1)
Swadesi, yaitu gerakan rakyat India untuk memakai bahan buatan
dalam negeri.
2)
Ahimsa, yaitu melawan tanpa kekerasan (dilarang mem-bunuh),
artinya tidak berbuat apa-apa yakni mengalahkan lawan dengan tidak melawan.
3)
Satyagraha, yaitu gerakan rakyat India untuk
tidak bekerja sama dengan Inggris (gerakan ini disebut juga nonkooperatif).
4)
Hartal, yaitu berkabung karena ada kejadian yang menyedih-kan.
Berkabung sebagai tanda protes (mogok). Gandhi juga menuntut Quit India
artinya tinggalkan India.
5)
Purna Swaray, yaitu merdeka penuh, yang
merupakan tujuan dari perjuangan India.
Sikap perjuangan Gandhi tampak pada saat Perang Dunia I berlangsung. Pada
saat itu bangsa India dikerahkan untuk membantu Inggris, tetapi setelah Perang
Dunia I selesai Inggris mengeluarkan Rowlat Acts yaitu undang-undang yang
mengancam bangsa India dengan tindakan-tindakan keras sesuai dengan hukum
perang. Apabila bangsa India berani membuat kekacauan politik maka pemerintah
Inggris berhak melakukan tindakan represif.
Undang-undang tersebut ditentang oleh Mahat-ma Gandhi dengan mengajak
rakyat melaksanakan Satyagraha dan Hartal
yang akhirnya membawa kerugian
besar bagi Inggris. Keluarnya undang-undang tersebut tidak menyurutkan semangat
bangsa India. Pada tanggal 13 April 1919 terjadi peristiwa kelabu bagi bangsa
India yaitu pembantaian oleh tentara Inggris terhadap orang-orang India yang
yang ada di lapangan. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan sebutan
Amritsar Masacre. Peristiwa ini kemudian membawa kebencian yang semakin
memuncak dari orang-orang India ter-hadap pemerintah Inggris.
Selama Perang Dunia II berlangsung, pemerintah Inggris di India begitu
gencar untuk memengaruhi rakyat India agar mau membantunya. Hal ini disebabkan
kedudukan Inggris di India semakin sulit. Pemerintah Inggris kemudian
menjanjikan satatus dominon dalam British Commonwealth bagi India.
Sehingga setelah Perang Dunia II selesai 15 Agustus 1947, India dan Pakistan
resmi merdeka dengan status dominion. Pada tanggal 26 Januari 1948 India
kemudian mengubah status dominionnya dan memproklamasikan kemerdekaan penuh
negaranya dengan nama Republik India.
4.
Nasionalisme Turki
Kebangkitan nasionalisme Turki bukan bertujuan memerdekakan diri dari
penjajahan asing, melainkan dari kemerosotan bidang politik, ekonomi, dan
sosial. Sejak abad ke-18, Turki terus mengalami kemunduran, kemunduran Turki
diawali oleh kekalahan melawan Rusia dalam Perang Krim (Crimea).
a. Latar
Belakang Nasionalisme Turki
Pada masa
Sultan Sulaiman (1520-1566) kesultanan Turki mencapai puncak kejayaan ditandai
wilayahnya yang luas, teratur, dan keamanan memadai. Namun setelah wafatnya Sultan Sulaiman keadaan kesultanan Turki menjadi
berubah. Berikut
sebab-sebab Turki mendapat julukan The Sick Man.
1)
Dibukanya Terusan Suez yang ada di wilayah Turki.
2)
Pemerintahan Turki yang dijalankan secara tidak baik dan
kolot.
3)
Meningkatnya imperialisme modern.
4)
Adanya sentimen bangsa Barat terhadap kesultanan Turki
yang beragama Islam.
5)
Kepentingan negara-negara barat yang saling bertentangan.
Kemerosotan kejayaan Turki terjadi pada masa pemerintahan Sultan Murrad
III. Keadaan Turki yang demikian membawa bangsa Barat berlomba-lomba menguasai
dan mengambil keuntungan dari lemahnya kesultanan Turki dimulai dari Rusia,
Inggris, Austria, dan Jerman. Negara-negara Barat tersebut akhirnya saling bermusuhan
untuk merebutkan Turki dikarenakan di antara mereka saling berbeda kepentingan
untuk mendapatkan Turki dan daerah jajahannya.
Melihat persaingan bangsa barat yang terus berusaha memperebutkan Turki,
muncullah kemudian kesadaran kebangsaan dari orang-orang Turki seperti Rasyid
Pasha, Fuad, Namik Pasha, Midhat Pasha, dan Kemal Pasha untuk memperbaiki
Turki.
b. Nasionalisme Turki Masa Mustapha Kemal Pasha
Dalam bidang pendidikan lahirlah golongan intelektual hasil pendidikan
Barat yang menamakan dirinya “Gerakan Turki Muda”. Gerakan ini mempunyai tujuan
menyelamatkan Turki dari keruntuhan, mengembangkan rasa nasionalisme, dan
menyatukan semangat kebangsaan Turki
sebagai satu negara, satu bangsa, satu bahasa.
Pada masa Sultan Muhamad V berkuasa, Turki terlibat dalam Perang Dunia I.
Pada akhir perang tersebut Turki berada pada pihak yang kalah sehingga membawa
kekecewaan bagi rakyat karena harus menandatangani Perjanjian Sevres (20
Agustus 1920). Kekalahan Turki ketidakpuasan dari golongan nasionalis yang
dipimpin Mustapha Kemal Pasha. Hal ini berakibat pada jatuhnya pemerintahan
Sultan Mahmud VI dan dihapuskannya bentuk pemerintah-an kerajaan (kesultanan),
sehingga tampillah pemimpin Turki baru yaitu Mustapha Kemal Pasha.
Hal ini menjadi ancaman bagi negara Barat sehingga pecah Perang Turki
dengan Sekutu yang berakhir dengan kemenangan Turki dan muncul penandatanganan
Perjanjian Lausanne (24 Juli 1923).
Berikut beberapa kebijakan yang ditempuh oleh Mustapha Kemal Pasha setelah
berkuasa.
1)
Memproklamasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923. Mustafa Kemal
Pasha sebagai presiden pertama, sedang Ismed Pasha sebagai perdana menterinya.
2)
Mustafa Kemal Pasha berupaya menjadikan Turki Republik
Modern. Melalui kebijaksanaannya memodernkan Turki yaitu:
a)
menyusun UUD baru,
b)
melaksanakan ekonomi etatisme,
c)
melaksanakan rencana pembangunan lima tahun,
d)
huruf arab diganti huruf latin, dan
e)
melaksanakan pemerintahan sekuler.
Sampai akhir hayatnya peran Mustapha Kemal Pasha dalam membangun Turki yang
modern sangat besar. Karena itu setelah meninggal tahun 1938 untuk menghormati
jasa-jasanya, beliau diberi gelar Attaturk yang berarti Bapak bangsa
Turki.
5.
Nasionalisme Mesir
Mesir adalah daerah yang dikenal mempunyai kejayaan peradaban masa lalu.
Hal ini disebabkan karena wilayah Mesir yang kaya dan subur karena letaknya di
tepi Sungai Nil. Karena letak dan kekayaannya tersebut membawa bangsa-bangsa
Barat berusaha menjadikan Mesir bagian dari wilayah kekuasannya.
Sejak abad ke-16, Mesir adalah salah satu negara di Afrika yang menjadi
jajahan Turki. Namun setelah terjadinya penyerangan Napoleon ke Mesir tahun
1798 membawa paham Barat ber-kembang di Mesir yang menolong Mesir melepaskan
dari Turki. Setelah pembangunan Terusan Suez selesai maka membawa posisi Mesir
amat penting dalam strategi ekonomi, politik, dan per-dagangan dunia saat itu,
sehingga bangsa Barat terutama Inggris, Prancis saling berebut untuk menguasai
Mesir.
Di zaman pemerintahan Khadif Ismail 1875, Terusan Suez dijual kepada P.M.
Desraeli, sehingga kekuatan Inggris semakin kukuh di Mesir. Setelah diganti
oleh Khadif Taufik, Mesir jatuh ke cengkeraman Prancis. Setelah Arabi Pasha
menjadi Menteri Pertahanan Mesir 1881, timbul usaha untuk melakukan pemberontakan
dan membangkitkan rakyat untuk berjuang.
Pada tahun 1919 kaum nasionalis Mesir memberontak lagi. Inggris akhirnya
terpaksa mengeluarkan unilateral pada tanggal 28 Februari 1922, yang isinya sebagai berikut.
a.
Inggris mengakui kedaulatan Mesir.
b.
Inggris berhak atas Terusan Suez, Mesir dijadikan daerah
operasi militer, Mesir dipertahankan dari agresi dan intervensi bangsa asing,
melindungi orang asing yang ada di Mesir.
c.
Status Sudan ditangguhkan.
0 komentar :
Posting Komentar