Selasa, 22 Februari 2011

Restorasi Taikwa

 Latar Belakang Terjadinya Restorasi Taikwa
Naka-no-Oe dan Fujiwara merupakan dua bangsawan Jepang yang berhasil melaksanakan Restorasi Taikwa. Latar belakang dijalankannya restorasi ini dikarenakan terjadinya pemusatan kekayaan dan kekuasaan di tangan beberapa keluarga kuat. Sebagai contohnya adalah keluarga Soga. Keluarga ini secara turun-temurun menjabat sebagai menteri-menteri kaisar, mereka menikmati apa yang hampir-hampir merupakan monopoli atas pemerintahan, sampai-sampai kekuasaan keluarga Soga hampir melebihi kekuasaan keluarga istana. Pemusatan kekuasaan dan kekayaan ini menyebabkan orang-orang biasa yang tidak memiliki tanah untuk digarap tenggelam dalam kemiskinan.
Langkah yang ditempuh oleh Pangeran Naka-no-Oe dalam menjalankan restorasi Taikwa ini adalah sebagai berikut:
1.      Menjatuhkan kekuasaan keluarga Soga melalui kudeta dalam lingkungan istana
2.      Membentuk pemerintahan baru dengan mencontoh pemerintahan dinasti T’ang di Cina

Garis besar dari pembaharuan pemerintahan tersebut tercatum dalam sebuah dekrit yang dikeluarkan pada tahun kedua zaman Taikwa 646 M. Adapun garis besar pembaharuan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a.       Pengambil alihan semua tanah dan rakyat yang dimiliki oleh pribadi, untuk diserahkankepada negara. Penyerahan tanah dan rakyat ini ada yang dilakukan secara sukarela.
b.      Propinsi dibagi secara administratif atas tiga macam distrik yaitu Kuni, Kori, dan Sato. Kuni diperintah oleh gubernur resmi (Kokoshi) yang dikirim dari ibukota, sedangkan Kori dan Sato masing-masing diatur oleh warga setempat yang berpengaruh yang masing-masing disebut Guji dan Richo. Setiap satu tahun gubernur atau Kokoshi melaporkan hasil-hasil yang dicapai para gubernur ke propinsi untuk diperiksa secara ketat dan masing-masing gubernur diberi pujian atau hukuman.
c.       Sistem pencatatan dan pendaftaran diatur dan nafkah rakyat dijamin dengan pemberian sawah untuk digarap dan diadakannya sistem pajak untuk pertama kalinya.
Selama lima tahun restorasi ini berjalan secara perlahan tanpa halangan yang berarti. Kemajuan restorasi ini tercapai karena semangat dan itikat baik dari semua orang yang terlibat dalam restorasi ini, di samping itu juga karena disediakannya sarana untuk menyampaikan suara rakyat, yang disediakan oleh istana. Hal ini dimaksudkan agar kaisar dapat mendengar tentang ketidak puasan dan keluhan rakyat akibat penindasan. Wujud konkret sarana tersebut berupa kotak dan sebuah lonceng yang dapat dibunyikan oleh siapa saja, yang disediakan di istana. Dengan demikian setiap orang bebas mengutarakan pendapatnya secara tertualis maupun dengan membunyikan lonceng.  
Setelah lima tahun pembaharuan atau restorasi Taikwa menemui hambatan yang mengagalkan restorasi ini. Penyebab dari kegagalan ini adalah tidak adanya kesesuaian antara Pangeran Naka-no-Oe dengan Kaisar Kotoku yang berkuasa pada masa itu. Penyebab lainnya adalah Paekche di Korea yang diruntuhkan oleh serangan dari Silla dan dinasti T’ang (Cina).
Paekche merupakan daerah kekuasaan Jepang di Semenanjung Korea. Pada masa kaisar putri Saimei yaitu ibu pangeran Naka-no-Oe, Jepang mengirimkan bantuan ke Paekche untuk memulihkan daerah tersebut. Kaisar putri Saimei menetapkan bahwa Jepang harus mengerahkan seluruh kekuatannya dalam usaha membatu Paekche. Perlengkapan militer dan pasukanpun dikirim ke Semnanjung Korea. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Jepang menjadi terfokus pada pemulihan Paekche dari pada pembaharuan atau restorasi Taikwa yang sedang dijalankan.
Opersi militer tersebut dikomando langsung oleh Putri Saimei, namun kaisar ini meninggal di Asakuara dan Angkatan Laut Jepang dikalahkan oleh pasukan gabungan Silla dan T’ang dalam pertempuran di muara Sungai Kim. Jepangpun pada akhirnya harus mundur dari Korea dan kehilangan kekuasaannya di Paekche.
Setelah wafatnya Kaisar putri Saimei, Putra mahkota Naka-no-Oe naik tahta sebagai Kaisar Tenji. Guna melindungi diri dari serangan dari Silla dan T’ang. Naka-no-Oe mengembalikan kepada keluarga-keluarga bangsawan hak mereka unutk memiliki pasukan, dengan demikian ia gagal dalam menjalankan cita-citanya untuk melakukan restorasi yang ia perjuangkan semasa ia menjadi Putra Mahkota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar