Republik Kuba terdiri atas Pulau Kuba (pulau terbesar di Kepulauan Antilles Besar), Pulau Pemuda dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Nama "Kuba" konon berasal dari sebuah kata dalam bahasa Taíno, cubanacán, yang berarti 'tempat yang sentral'.
Negara ini terletak di Karibia utara, pada pertemuan Laut Karibia, Teluk Meksiko dan Samudra Atlantik. Di sebelah timur laut Kuba - sekitar 144 km - terletak Negara Bagian Florida, AS, dan Bahama. Di sebelah timurnya terdapat Kepulauan Turks dan Caicos serta Haiti, sementara di sebelah barat terdapat Meksiko. Kepulauan Cayman dan Jamaika terletak di sebelah selatan dari ujung timur Kuba. Dibanding Indonesia, luas Kuba masih lebih kecil dari Pulau Jawa.
Kuba merupakan penghasil gula terbesar di dunia setelah Brasil. Meskipun gula merupakan penghasil utama dengan 85% dari ekspornya, namun yang tinggal di dalam negeri masih merupakan negara pemakan gula terbanyak setelah Kosta Rika.
Sejarah
Kuba pertama kali dikunjungi oleh bangsa Eropa ketika Christopher Columbus pertama kali mendarat pada 28 Oktober 1492, di ujung timur Kuba, di Cazigazgo, daerah Baracoa. Diego Velázquez de Cuéllar memimpin invasi Spanyol, menaklukkan penduduk pribumi, menjadi gubernur Kuba untuk Spanyol pada 1511 dan membangun sebuah vila di Baracoa, yang menjadi ibu kota pertama pulau itu. Pada tahun 1518 tempat ini pun menjadi pusat Keuskupan dari uskup pertama Kuba.
Koloni Spanyol
Saat itu Kuba dihuni oleh sekurang-kurangnya dua suku bangsa pribumi yang berbeda: suku Taíno dan Siboney. Kedua suku bangsa ini memiliki kebudayaan neolitikum pra-sejarah, dan barangkali juga budaya zaman perunggu. Sejumlah pakar merasa perlu membedakan suku bangsa Taíno dengan suku bangsa Taíno baru dari Kuba, Lucaya dari Bahama, Jamaika, dan sampai batas tertentu dari Haiti dan Quisqueya (kira-kira Republik Dominika sekarang), karena suku bangsa Taíno baru mempunyai masukan budaya yang jauh lebih beragam dan heterogenitas masyarakat dan etnis yang jauh lebih besar daripada Taíno tinggi yang sejati dari Boriquen (Puerto Riko). Kebanyakan penduduk Kuba dari masa pra-Columbus, termasuk suku bangsa Siboney, pertama-tama dapat digolongkan dalam kelompok umum Taíno baru. Suku bangsa Taíno adalah petani-petani yang cakap dan suku bangsa Siboney adalah masyarakat pemburu-pengumpul dengan sedikit pertanian yang mendukungnya. Suku bangsa Taínos dan Siboney mempunyai adat-istiadat dan kepercayaan yang serupa, yaitu ritual suci yang dipraktikkan dengan menggunakan tembakau yang disebut cohoba, atau "merokok".
Suku bangsa Taínos (Arawak Pulau) adalah bagian kelompok budaya yang umumnya disebut suku Arawak, yang menyebar jauh hingga ke Amerika Selatan. Sisa-sisa puisi, nyanyian, ukiran, dan seni Taíno hingga kini masih ditemukan di seluruh Kepulauan Antilen besar. Suku bangsa Arawak dan kelompok-kelompok budaya serupa lainnya berjasa atas perkembangan sekitar 60% dari tanaman yang umum digunakan sekarang dan bahan-bahan industri utama seperti karet. Bangsa-bangsa Eropa belajar dari penduduk asli Kuba bagaimana membudi-dayakan tembakau dan mengisapnya dalam berbagai cara.
Sekitar 16.000 hingga 60.000, atau barangkali lebih, penduduk asli dari suku bangsa Taíno dan Siboney menghuni Kuba sebelum kolonisasi. Penduduk asli Kuba, termasuk suku bangsa Siboney dan Taíno, dipaksa masuk ke dalam encomiendas (semacam daerah perlindungan) pada masa pendudukan pulau Kuba oleh Spanyol. Salah satu daerah perlindungan yang terkenal adalah Guanabacoa, yang kini merupakan daerah suburban Havana. Banyak penduduk pribumi Kuba yang menjadi korban kebrutalan para conquistador Spanyol (seperti yang dipersaksikan dan diratapi oleh banyak orang seperti Bartolomé de Las Casas) dan penyakit-penyakit yang mereka bawa, yang sebelumnya tak pernah mereka kenal. Kebanyakan conquistador mengambil kaum perempuan Taína sebagai istri mereka, atau sebagai istri tidak resmi mereka, atau seperti yang lebih sering terjadi, sekadar sebagai pemuas kebutuhan seksual mereka karena sedikit sekali perempuan Spanyol yang menyeberangi Samudra Atlantik pada masa itu [3]. Anak-anak mereka disebut mestizo, namun penduduk menyebut mereka Guajiro, yang artinya "orang kita". Kini keturunan suku bangsa Taíno mempertahankan warisan leluhur mereka di dekat Baracoa.
Kuba pertama-tama dijadikan basis untuk penaklukan Spanyol ke benua Amerika, namun pulau itu hampir musnah penduduknya dalam upaya ini. Setelah penaklukan benua Amerika harta kekayaan yang dihasilkan, emas dan perak yang ditambang, batu-batu berharga, cokelat dan produk-produk tumbuhan yang penting saat itu seperti zat pewarna dan obat-obatan, dikirim dengan armada harta karun Spanyol dari benua Amerika dan belakangan juga dari Filipina ke Spanyol, dengan menggunakan pelabuhan-pelabuhan Kuba sebagai pelabuhan yang aman dalam perjalanannya. Pada masa ini terjadi berbagai pemberontakan penduduk pribumi, khususnya pemberontakan yang dipimpin oleh Guamá, salah satu pemimpin Taíno terakhir yang mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan Spanyol.
Namun setelah pemberontakan Taíno/ Siboney tidak lagi mengancam, muncul ancaman-ancaman lain dari para bajak laut dan kapal-kapal tentara sewaan oleh pemerintah asing (mis. Jacques de Sores), [4]), Alexander Exquemelin dan Henry Morgan) serta penyerbuan oleh negara-negara lain (mis. oleh Teluk Guantánamo di bawah Britania Raya) berusaha merebut harta milik yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Spanyol, serta keturunan kolonial mereka yang dipandang sebagai milik mereka sendiri. Serangan-serangan terhadap kapal-kapal dan kota-kota mengharuskan Spanyol menjawabnya dengan mengadakan konvoi-konvoi untuk melindungi kapal-kapal dan membangun benteng-benteng untuk melindungi kota-kota. Namun demikian, pertahanan Kuba yang paling efektif adalah demam kuning yang membunuh pasukan-pasukan penyerbu.
Merkantilisme Spanyol membuat negara itu mempertahankan Kuba dalam keadaan yang relatif terisolasi dari pengaruh-pengaruh luar. Namun sejak pendudukan Havana selama satu tahun oleh Inggris pada 1762 pada akhir Perang Tujuh Tahun, Kuba menjadi lebih terbuka secara ekonomi terhadap impor budak dan kemajuan-kemajuan dalam penanaman dan pemrosesan gula. Benteng La Cabaña yang kukuh, yang tak pernah bisa direbut melalui penyerangan, yang sepenuhnya mendominasi Teluk Havana, dibangun tak lama setelah Havana dikembalikan kepada Spanyol, ditukar dengan Florida. Namun benteng itu belakangan terkenal sebagai tempat penghukuman mati dan penjara, mirip dengan penjara Bastille di Paris. Pasukan kolonial Kuba ikut serta dalam tentara Spanyol pada masa Perang Revolusi Amerika, menolong Spanyol untuk merebut Florida Timur dan Florida Barat. Antara 1791 hingga 1804, banyak orang Prancis yang melarikan diri ke Kuba dari revolusi Haiti, membawa serta bersama mereka budak-budak dan keahlian dalam mengolah gula dan menanam kopi. Akibatnya, Kuba menjadi produsen gula utama dunia, namun pada 1884, perbudakan dihapuskan setelah praktiknya melemah pada masa perjuangan untuk memerdekakan Kuba.
Perjuangan koloni ini untuk merebut kemerdekaan berlangsung sepanjang paruhan kedua dari abad ke-19 dengan perjuangan pertama yang menghasilkan Perang Sepuluh Tahun yang dimulai pada 1868. Penulis dan otak pemberontakan, José Martí mendarat di Kuba bersama para buangan pemberontak pada 1895, namun lebih dari sebulan kemudian terbunuh dalam pertempuran. Hingga kini Marti tetap merupakan pahlawan utama di Kuba, dan warisannya diklaim oleh para pendukung maupun lawan pemerintahan yang sekarang. Meskipun Marti menyukai Konstitusi AS dan populer di AS, ia prihatin terhadap ekspansionisme negara itu.
Merdeka
Antara 1895 dan awal 1898 revolusi menguasai sebagian besar daerah pedesaan dan sejumlah kota, namun upaya-upaya Spanyol, yang menguasai kota-kota besar, untuk menenangkan pulau itu baru berhenti setelah AS mendudukinya dalam Perang Spanyol-Amerika pada 1898. Kuba mendapatkan kemerdekaannya pada 1902, meskipun dibatasi oleh Amandemen Platt, yang memberikan kepada AS pengaruh besar dalam urusan-urusan Kuba dan mengharuskan Kuba menyewakan Teluk Guantanamo kepada AS. Tomás Estrada Palma (1902-1906) adalah presiden pertama dan terpilih Kuba pada masa damai. Dengan menggunakan pasal-pasal dalam Amandemen Platt, tentara AS menduduki Kuba untuk kedua kalinya pada 1906-1909. Amandemen Platt dicabut pada 1934, namun penyewaan Teluk Guantanamo diperpanjang dengan bayaran nominal (sekadarnya).
Rezim Batista
Fulgencio Batista memimpin Revolusi Sersan 1933 yang menggulingkan pemerintahan transisi setelah pemerintahan diktator Gerardo Machado runtuh, dan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pertama, dan akhirnya orang yang bertanggung jawab di bawah sejumlah presiden hingga 1940 ketika ia mengangkat dirinya sebagai presiden. Ia mengajukan konstitusi baru yang progresif dan pada 1944 meninggalkan jabatannya dan pensiun di Florida untuk sementara waktu. Namun, pada 1952 Batista merebut kekuasaan dalam sebuah kudeta yang hampir tidak berdarah tiga bulan sebelum pemilu yang telah direncanakan dan membangun sebuah pemerintahan diktator yang menindas. Akibatnya, banyak kelompok sipil dan gerilya yang mulai menentangnya.
Pada 1953, Fidel Castro menyerang barak Moncada, dibuang ke Meksiko, namun kembali ke Kuba pada November 1956 dengan 82 orang pejuang yang dilatih oleh Alberto Bayo (bekas kolonel dalam Tentara Republik Spanyol), dan dengan bantuan ketidakpuasan rakyat berhasil menggulingkan Batista, yang melarikan diri pada 1 Januari 1959. Castro membangun negara komunis dengan sistem satu partai, yang pertama di belahan Barat dunia, meskipun Castro tidak secara resmi mengungkapkan kecenderungan Marxis-Leninisnya hingga 1961.
Menurut Antonio Núñez Jiménez pada saat Batista digulingkan, 75% dari tanah pertanian utama Kuba dimiliki oleh orang asing atau perusahaan asing (kebanyakan AS). Hasil pangan utama Kuba adalah gula, untuk pasar Amerika dan dalam jumlah yang lebih sedikit, Inggris. Kebanyakan gula Kuba diekspor ke AS karena Kuba mendapatkan kuota yang besar, yang dibayar di atas harga dunia, sebagian untuk menolong industri dalam negeri AS [5]. Pemerintahan revolusioner yang baru melakukan "reformasi tanah" yang berhasil dan akhirnya menyita hampir semua harta pribadi. Mulanya, Castro enggan mendiskusikan rencana-rencananya untuk masa depan, namun akhirnya ia menyatakan dirinya seorang komunis, dan menjelaskan bahwa ia berusaha membangun sosialisme di Kuba. Ia memusatkan perhatian pada pemeliharaan kesehatan dan pendidikan gratis untuk semua orang, dan memulai hubungan politik dan ekonomi yang erat dengan Uni Soviet.
Di bawah Castro
Sejak Castro berkuasa, AS secara progresif telah memberlakukan undang-undang yang dimaksudkan untuk mengisolasi Kuba secara ekonomi lewat embargo AS dan langkah-langkah lainnya, seperti menghukum warga AS yang berlibur di Kuba. Untuk masalah ini lebih jauh lihat bagian Ekonomi di bawah.
Invasi Teluk Babi pada April 1961 oleh sejumlah pelarian Kuba yang didukung AS gagal karena presiden AS John F. Kennedy meninggalkan para penyerbu itu karena khawatir bahwa ia akan terlibat secara resmi. Revolusi urban yang diharapkan gagal ketika menjadi jelas bahwa Brigade 2506 telah diabaikan, dan karena Uni Soviet telah memperingatkan Castro, yang memerintahkan sejumlah hukuman mati serta penangkapan penangkalan besar-besaran terhadap mereka yang diduga akan mendukung gerakan kontra-revolusi,(Priestland, 2003). Sekolah-sekolah gereja disita, para rohaniwan ditangkap, dan diusir secara besar-besaran. Di provinsi-provinsi tengah yang bersifat pedesaan, Perang melawan para bandit (sekitar 1959-1965) ditindas oleh milisi Castro yang berjumlah besar. Banyak pendukung pemberontak yang dihukum mati dan dideportasi secara internal.
Krisis Misil Kuba dimulai ketika Uni Soviet menempatkan misil-misil nuklir di Kuba pada 1962. Sebagai jawabannya, AS melakukan blokade di perairan internasional. Umumnya orang percaya bahwa ini adalah saat terdekat dunia dengan bencana nuklir. Uni Soviet mundur, setuju untuk menyingkirkan misil-misilnya dengan imbalan janji AS untuk menyingkirkan misil-misil nuklir serupa di Turki dan untuk tidak pernah menyerang Kuba lagi.
Setelah ini, AS tidak pernah lagi mengancam Kuba secara terbuka, namun dapat dibilang bahwa AS terlibat dalam kegiatan-kegiatan rahasia yang sangat terinci dan absurd untuk membunuh Castro, yaitu Proyek Kuba. Castro dan AS berduel dalam aksi-aksi Perang Dingin. Dalam serangan teroris yang terkenal pada 1976 terhadap Cubana Penerbangan 455 di mana 73 orang meninggal konon direncanakan oleh lawan-lawan Castro yang didanai CIA dan beroperasi dari Venezuela. AS juga mendukung kelompok-kelompok teroris anti-Castro di Miami dalam serangan-serangan mereka terhadap Kuba.
Pada April 1980, lebih dari 10.000 orang Kuba menyerbu kedutaan besar Peru di Havana untuk memperoleh perlindungan politik. Sebagai jawaban, Castro mengizinkan siapapun yang ingin meninggalkan negara itu untuk pergi melalui pelabuhan Mariel. Dalam penyelamatan Mariel dengan kapal, lebih dari 125.000 orang Kuba bermigrasi ke AS. Akhirnya AS menghentikan arus kapal-kapal itu dan Kuba menghentikan eksodus yang tidak terkendali itu.
Keruntuhan Uni Soviet pada 1991 merupakan pukulan ekonomi yang dahsyat bagi Kuba. Ini menyebabkan exodus pencari perlindungan lainnya yang juga tidak terkendali ke AS pada 1994, yang berhasil ditekan hingga hanya beberapa ribu setahun di bawah perjanjian AS-Kuba. Kini arus ini tampaknya meningkat lagi, meskipun jauh lebih lambat daripada sebelumnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kuba)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar